TribunMP3 | Zona Artikel dan Download Musik™

Kumpulan Artikel juga Tutorial Simpel dan Mengutamakan Kualitas juga Menyediakan Musik Gratis Untuk Didengar secara cuma-cuma

Breaking

Kamis, 04 Oktober 2018

Teori Komunikasi Massa dan Model-model Komunikasi Massa Menurut Ahli


Teori Komunikasi Massa
Komunikasi Massa adalah proses dimana seorang atau sekelompok orang atau organisasi yang besar menyusun sebuah pesan dan mengirimkannya melalui beragam media kepada khalayak luas yang anonim dan heterogen. Kehadiran media komunikasi modern sebagai dampak makin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi cenderung mengaburkan batasan antara komunikasi antar pribadi atau komunikasi interpersonal tradisional dan komunikasi massa.
Misalnya seorang yang memiliki perangkat komputer dan keterampilan mengoperasikan komputer dapat mempublikasikan majalah sendiri. Hal ini menjadi pertanyaan para peneliti apakah berbagai bentuk komunikasi baru tersebut dapat dikategorikan ke dalam komunikasi massa.
Para peneliti telah mengkaji media dan komunikasi selama lebih dari seabad. Terdapat tiga paradigma dimana media menjadi kajian utama dalam penelitian komunikasi massa:
·         Paradigma pertama adalah paradigma kekuatan efek media yang melihat kuatnya pengaruh media terhadap khalayak massa.
·         Paradigma kedua adalah paradigma efek terbatas atau efek minimalis media terhadap khalayak massa.
·         Paradigma ketiga, paradigma efek kumulatif media terhadap khalayak massa (Littlejohn dan Foss, 2009 : 623 – 624).
Terdapat beberapa teori komunikasi yang secara spesifik menitikberatkan pada komunikasi massa dan beberapa teori lainnya yang digunakan untuk meneliti media massa. Sebagian besar teori yang digunakan berkembang diluar bidang studi komunikasi yang kemudian diaplikasikan ke dalam studi media oleh para peneliti.
Littlejohn dan Foss dalam bukunya Encyclopedia of Communication Theory (2009) membagi teori komunikasi massa ke dalam tiga kategori, yaitu teori-teori yang berkaitan dengan budaya dan masyarakat, teori-teori yang berkaitan dengan pengaruh dan persuasi media, dan teori-teori yang berkaitan dengan penggunaan media. Selain teori-teori yang menekankan pada proses dampak media massa dan khalayak massa, beberapa teori komunikasi massa juga menitikberatkan pada isi pesan media serta struktur dan penampilan media massa.
Berikut adalah beberapa teori komunikasi massa beserta penjelasannya.
1. Teori Pengaturan Agenda (Agenda Setting Theory)
Teori pengaturan agenda merupakan salah satu teori yang menjelaskan efek kumulatif media. Beberapa tokoh yang merumuskan teori ini adalah Bernard CohenMaxwell McCombs, dan Donald Shaw. Teori pengaturan media menggambarkan kekuatan pengaruh media. Inti dari teori pengaturan media adalah pembentukan kepedulian dan perhatian publik terhadap beberapa isu yang ditampilkan oleh media berita.
Terdapat dua asumsi dasar yang mendasari sebagian besar penelitian mengenai pengaturan media yaitu bahwa pers dan media tidak merefleksikan kenyataan yang sebenarnya setelah dilakukan penyaringan, dan konsentrasi media terhadap beberapa isu dan subyek mengajak publik untuk menerima isu tersebut lebih penting daripada isu lainnya.
2. Teori Sistem Ketergantungan Media (Media Systems Dependency Theory atau Dependency Theory)
Teori ini menyatakan bahwa media bergantung pada konteks sosial dan pertama kali dirumuskan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin DeFleur (1976). Mereka memandang bahwa bertemunya media dengan khalayak didasarkan atas tiga perspektif, yaitu perspektif perbedaan individual, perspektif kategori sosial, dan perspektif hubungan sosial (Rakhmat, 2001 : 203)
Asumsi teori ini memandang bahwa dependensi relatif khalayak terhadap sumber media massa jika dibandingkan dengan sumber informasi lainnya merupakan suatu variabel yang harus ditentukan secara empiris. Semakin besar kadar dependensi khalayak terhadap media massa dilihat dari segi perolehan informasi dan semakin tinggi kadar kritis serta ketidakstabilan masyarakat, maka akan semakin besar pula kekuasaan yang dapat dimiliki oleh media (atau kekuasaan yang dikaitkan dengan peranannya) (McQuail, 1987 : 84-85).
3. Teori Spiral Keheningan (Spiral of Silence Theory)
Teori yang diperkenalkan oleh Elisabeth Noelle-Neumann (1974) menggambarkan hubungan efek media terhadap pembentukan opini publik dan pola perilaku demokratis. Frasa “spiral of silence” mengacu pada bagaimana orang-orang yang cenderung untuk tetap diam ketika mereka merasa pandangannya merupakan minoritas. Setiap individu yang melihat opininya sendiri diterima akan mengekspresikannya.
Sementara itu, mereka yang berpikir dirinya sebagai minoritas akan menekan pandangannya. Para innovator dan agen perubahan tidak takut dalam menyuarakan pendapat yang berbeda sebagaimana mereka tidak takut terhadap isolasi.
4. Teori Kesenjangan Pengetahuan (Knowledge Gap Theory)
Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Phillip TichenorGeorge Donohue, dan Clarice Olien. Teori ini menyatakan bahwa bertambahnya jumlah informasi mengenai suatu topik mengakibatkan bertambahnya pula kesenjangan pengetahuan antara mereka yang mengetahui lebih banyak dan mereka yang mengetahui lebih sedikit.
Teori kesenjangan pengetahuan dapat membantu menjelaskan berbagai penelitian yang menitikberatkan pada opini publik. Kesenjangan pengetahuan dapat menghasilkan bertambahnya kesenjangan antara orang-orang yang memiliki status sosioekonomi yang rendah dan orang-orang yang memiliki startus sosioekonomi yang tinggi.
Kemudian, memperbaiki kehidupan orang-orang dengan informasi melalui media massa tidak selalu berjalan lancar sesuai dengan yang telah direncanakan karena menemui berbagai hambatan-hambatan komunikasi. Media massa mungkin saja memberikan efek memperbesar perbedaan kesenjangan diantara anggota kelas sosial.
Terdapat lima alasan untuk menjustifikasi terjadinya kesenjangan pengetahuan sebagaimana yang diutarakan oleh Tichenor, Donohue, dan Olien (1970) yaitu bahwa orang-orang dengan tingkat sosioekonomi yang lebih tinggi :
·         Memiliki keterampilan komunikasi, pendidikan, kemampuan membaca, kemampuan mengingat informasi yang lebih baik.
·         Dapat menyimpan informasi secara lebih mudah atau mengingat topik berdasarkan latar belakang pengetahuan.
·         Memiliki konteks sosial yang lebih relevan.
·         Lebih baik dalam melakukan terpaan selektif, penerimaan, dan retensi.
·         Lebih mudah menjangkau media massa.
5. Teori Imperialisme Budaya (Cultural Imperialism Theory)
Denis McQuail dalam bukunya Teori Komunikasi Massa (1987 : 99 -100), teori ini berasal dari teori sekaligus bukti awal mengenai peran media dalam pembangunan nasional. Teori ini berpandangan bahwa media dapat membantu modernisasi dengan memperkenalkan nilai-nilai barat dilakukan dengan mengorbankan nilai-nilai tradisional dan hilangnya keaslian budaya lokal.
Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa nilai-nilai yang diperkenalkan itu adalah nilai-nilai kapitalisme dan karenanya proses imperialistis serta dilakukan secara sengaja, atau disadari dan sistematis, yang menempatkan Negara yang sedang berkembang dan lebih kecil di bawah kepentingan kekuasaan kapitalis yang lebih dominan.
6. Teori Studi Kultural Kritis (Critical Cultural Studies Theories)
Teori ini menitikberatkan pada peran sosial media massa dan bagaimana media dapat digunakan untuk mendefinisikan hubungan kekuasaan diantara beragam subkultur dan menjaga status quo. Para ahli meneliti bagaimana media berhubungan dengan berbagai masalah seperti ideologi, ras, kelas sosial, dan gender.
Kemudian,  media tidak hanya dilihat sebagai sebuah refleksi budaya tapi juga sebagai produser budaya mereka sendiri. Penekanannya adalah pada bagaimana struktur sosial dan politik mempengaruhi komunikasi bermedia dan bagaimana dampak hubungan kekuasaan dalam menjaga atau mendukung kekuasaan tersebut dalam masyarakat.
7. Teori Sosial Kognitif (Social Cognitive Theory)
Teori sosial kognitif dibangun pertama kali oleh seorang psikolog Albert Bandura sekitar tahun 1960an.
Teori ini menitikberatkan pada bagaimana dan mengapa orang-orang cenderung untuk meniru apa yang dilihat melalui media. Ini adalah teori yang fokus pada kapasitas kita untuk belajar dengan mengalaminya secara langsung.
Proses belajar melalui pengamatan ini bergantung pada sejumlah faktor, yaitu kemampuan subyek untuk memahami dan mengingat apa yang ia lihat, mengidentifikasi karakter bermedia, dan berbagai hal yang membimbing kepada proses pemodelan perilaku. Teori sosial kognitif adalah salah satu teori yang paling sering digunakan untuk meneliti media dan komunikasi massa.
8. Teori Pengembangan (Cultivation Theory)
Teori pengembangan adalah suatu pendekatan yang dibangun oleh Profesor George Gerbner. Ia memulai proyek penelitian mengenai indikator-indikator budaya pada pertengahan tahun 1960an. Penelitian ini untuk mengkaji apakah dan bagaimana menonton televisi dapat mempengaruhi ide atau gagasan pemirsa mengenai dunia.
Berdasarkan pendapat para peneliti, televisi adalah pendongeng utama di dalam masyarakat masa kini. Selain itu, televisi juga telah menjadi sumber utama sosialisasi bagi masyarakat. Televisi juga menampilkan sebuah mainstream atau pandangan yang seragam mengenai dunia saat ini.
Selain itu, terdapat beberapa tema yang secara konsisten diangkat ke layar televisi yaitu kekerasaan, peran gender secara stereotype, dan berbagai macam program virtual lainnya. Semakin sering seseorang menonton televisi maka akan ia akan semakin percaya bahwa bahwa kenyataan yang ada dalam tayangan televisi sama dengan kenyataan yang ada dalam kehidupan nyata. Karenanya, pemirsa kelas berat akan merasa bahwa dunia tempat ia tinggal adalah tempat yang paling berbahaya.
9. Teori Jarum Hipodermik (Hypodermic Needle Theory)
Teori jarum hipodermik disebut juga dengan Magic Bullet atau Stimulus Response Theory. Menurut teori ini, media massa memiliki dampak yang sifatnya langsung, segera serta kuat terhadap khalayak massa. Media massa pada kurun waktu 1940an hingga 1950an digambarkan memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perubahan perilaku.
Beberapa faktor yang memberikan kontribusi terhadap teori kuatnya dampak media massa adalah berkembangnya popularitas radio serta televisi yang begitu cepat, munculnya industri-industri persuasi seperti periklanan dan propaganda, hasil penelitian yang dilakukan oleh Payne Fund pada tahun 1930an yang menitikberatkan pada dampak motion pictures terhadap anak-anak serta monopolisasi media massa yang dilakukan oleh Hitler selama perang dunia II untuk menyatukan rakyat Jerman dibelakang partai Nazi.
Teori ini mengasusmsikan bahwa media massa dapat mempengaruhi sebagian besar kelompok orang-orang secara langsung dan seragam dengan cara membombardir mereka dengan pesan-pesan yang sesuai yang dirancang untuk memantik respon yang diinginkan.
10. Teori Dua Tahap (Two Step Flow Theory)
Teori dua tahap diformulasikan oleh Paul F. Lazarfeld dan kawan-kawan berdasarkan hasil survey terhadap pemilih. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa hubungan sosial informal memegang peranan dalam memodifikasi perilaku yang mana masing-masing individu memilah isi media kampanye.
Studi ini juga mengindikasikan bahwa berbagai ide atau gagasan seringkali mengalir dari radio dan surat kabar kepada pemuka pendapat dan dari mereka kemudian disampaikan kepada masyarakat. Oleh karena itu, kelompok sosial informal memiliki beberapa tingkatan dalam mempengaruhi orang-orang dan cara mereka memilah isi media dan bertindak terhadapnya.
11. Teori Penggunaan dan Kepuasan (Uses and Gratification Theory)
Teori ini yang digagas oleh Elihu KatzJay G. Blumler dan Michael Gurevitch muncul sebagai reaksi terhadap penelitian komunikasi massa tradisional yang menekankan pada pengirim dan pesan. Teori penggunaan dan kepuasaan menekankan pada khalayak yang aktif dalam menggunakan media massa. Yang menjadi poin utama teori penggunan dan kepuasan adalah orientasi psikologis dalam memenuhi kebutuhan, motivasi, dan kepuasan pengguna media massa.
Asumsi teori penggunaan dan kepuasaan adalah menjelaskan penggunaan serta fungsi media bagi individu, kelompok, dan masyarakat secara umum. Terdapat tiga tujuan dalam mengembangkan teori penggunaan dan kepuasan yaitu:
·         Menjelaskan bagaimana masing-masing individu menggunakan komunikasi massa untuk memuaskan kebutuhannya,
·         Menemukan hal-hal yang mendasari motivasi penggunaan media dari masing-masing individu,
·         Mengidentifikasi konsekuensi positif maupun negatif dari penggunaan media oleh masing-masing individu.
Inti dari teori penggunaan dan kepuasan terletak pada asumsi anggota khalayak secara aktif mencari media massa untuk memenuhi kebutuhan masing-masing individu.
12. Teori Media (Medium Theory)
Marshall McLuhan dan Harold Innis adalah dua orang peneliti yang seringkali diasosiasikan dengan teori media. Teori media dicetus oleh Marshall McLuhan (1964) yang menyatakan bahwa medium is the message atau media adalah pesan.
Pernyataan ini menekankan pada bagaimana media komunikasi berbeda tidak hanya dalam terminologi isi tetapi juga pada bagaimana mereka dibangun dan disalurkan melalui pikiran dan rasa. Ia membedakan media dengan proses kognitif. Ide McLuhan yang paling terkenal adalah saluran sebagai kekuatan dominan yang harus dipahami untuk mengetahui bagaimana media mempengaruhi masyarakat dan budaya.
Teori media menitikberatkan pada karaketristik media itu sendiri lebih dari sekedar apa yang dikirimkan atau bagaimana suatu informasi diterima. Dalam teori media, sebuah media tidaklah sesederhana sebuah surat kabar, internet sebagai media informasi, kamera digital dan sebagainya. Lebih dari itu, media merupakan lingkungan simbolis dari beberapa tindakan komunikatif.
Di sisi lain, media sebagai bagian dari pesan apapun yang dikirimkan, memiliki dampak bagi setiap individu dan masyarakat. Tesis McLuhan menyatakan bahwa orang-orang beradaptasi terhadap lingkungannya melalui berbagai macam keseimbangan atau rasio indrawi, dan media saat ini utamanya membawa sebuah rasio inderawi yang mempengaruhi persepsi.
13. Teori Kekayaan Media (Media Richness Theory)
Teori yang dianggap sangat mempengaruhi teori media paling tidak untuk media baru adalah teori kekayaan media yang dicetuskan oleh Richard Daft dan Robert Lengel dalam sebuah artikel tahun 1986. Teori kekayaan media didasarkan pada teori kontingensi dan teori proses informasi yang dicetuskan oleh Galbraith (1977).
Dua asumsi utama dari teori kekayaan media adalah orang-orang menginginkan dapat mengatasi ketidakpastian dalam organisasi serta keberagaman media yang secara umum digunakan dalam sebuah organisasi kerja lebih baik untuk menyelesaikan tugas dibandingkan yang lain.
Dengan menggunakan empat macam kriteria, Daft dan Lengel menyajikan hierarki kekayaan media yang diawali dari tingkat kekayaan yang tinggi ke tingkat kekayaan yang lebih rendah untuk mengilustrasikan kapasitas berbagai tipe media terhadap proses komunikasi dalam organisasi. Kriteria tersebut adalah ketersediaan umpan balik yang segera, kapasitas media untuk mentransmisikan berbagai petunjuk seperti bahasa tubuh, intonasi suara dan infleksi, penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi, dan fokus personal terhadap media.
Komunikasi tatap muka adalah media komunikasi yang paling kaya dalam sebuah hierarki diikuti berikutnya oleh telepon, surat elektronik, surat, catatan, memo, laporan khusus dan flyer serta bulletin. Dilihat dari perspektif strategi manajemen, teori kekayaan media berpendapat bahwa manajer dapat melakukan beberapa improvisasi dalam penampilan dengan menyesuaikan karakteristik media dengan karakteristik tugas.
14. Teori Konsistensi (Consistency Theories)
Festinger memformulasikan teori konsistensi yang membicarakan tentang kebutuhan orang-orang untuk konsisten terhadap keyakinan dan penilaian yang dimiliki. Dalam rangka untuk mengurangi disonansi yang dibentuk oleh inkonsistensi dalam kepercayaan, penilaian, dan tindakan, orang akan mengekspos dirinya dengan beragam informasi yang konsisten dengan ide dan tindakan mereka serta menutup bentuk-bentuk komunikasi lain.
15. Teori Difusi Inovasi (Diffusion of Innovations Theory)
Teori yang digagas oleh Bryce Ryan dan Neil Gross (1943) menitikberatkan pada proses dimana sebuah ide baru dikomunikasikan melalui beragam saluran komunikasi diantara anggota suatu sistem sosial. Model ini menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi pikiran serta tindakan orang-orang serta proses mengadopsi sebuah teknologi atau ide baru.
























Model-model Komunikasi Massa Menurut Ahli

Komunikasi Massa adalah proses pengiriman pesan kepada sejumlah besar orang yang terpisahkan secara geografis melalui media yang berbasis teknologi (2005, 117). Dalam proses komunikasi massa, sumber atau komunikator meng-encode sebuah pesan dan mengirimkannya kepada penerima pesan melalui pesan-pesan verbal dan nonverbal. Pesan-pesan ini kemudian di-encode dan dikirimkan kembali kepada sumber melalui umpan balik. Dari gambaran di atas, tampak beberapa karakteristik komunikasi massa  yang meliputi komunikator atau sumber yang bersifat melembaga, pesan bersifat umum yang disampaikan melalui media massa, khalayak atau penerima pesan bersifat heterogen,  anonim dan luas. Umpan balik dalam komunikasi massa bersifat tertunda dan tidak langsung. Untuk memahami proses komunikasi massa yang begitu kompleks, para ahli telah merumuskan beberapa model komunikasi massa.
Bentuk model komunikasi lainnya termasuk model komunikasi massa tergantung pada bagaimana kita mendefinisikan dan memahami proses komunikasi dan bagaimana model komunikasi dapat diaplikasikan ke dalam berbagai bentuk komunikasi. Kita telah membahas sebelumnya beberapa dari model-model komunikasi dasar seperti model komunikasi Aristoteles, model komunikasi Lasswell,  dan model komunikasi Berlo yang termasuk ke dalam model komunikasi linear. Kita juga sudah pernah membahas sekilas mengenai model komunikasi massa yang menggambarkan adanya pengaruh personal terhadap individu dalam proses komunikasi massa seperti one step flow communication, two step flow communication, dan multi step flow communication.
Berikut disajikan beberapa model komunikasi massa dasar lainnya yang telah dirumuskan oleh para ahli.

Model Komunikasi Lasswell
Model Komunikasi Lasswell
Harold D. Lasswell menyajikan sebuah model komunikasi pada tahun 1948 yang tidak jauh berbeda dengan model komunikasi Aristoteles. Model komunikasi Lasswell menggambarkan pesan yang mengalir dalam masyarakat majemuk dengan khalayak yang beragam. Pesan mengalir melalui sejumlah media atau saluran komunikasi.
Dalam model komunikasi Lasswell, terdapat beberapa komponen komunikasi yaitu Who, Says What, In What Channel, To Whom, dan With What Effect. Masing-masing komponen komunikasi memiliki ranah penelitiannya sendiri. Misalnya untuk meneliti komponen Who digunakan analisis kontrol, untuk meneliti komponen Says What digunakan analisis isi, untuk meneliti In What Channel digunakan analaisis media, untuk meneliti to Whomdigunakan analisis khalayak, dan untuk meneliti With What Effect digunakan analisis efek.
Model komunikasi Lasswell telah banyak digunakan sebagai dasar penelitian yang sebagian besar menjadi bahan diskusi tentang komunikasi. Lasswell sendiri menggunakan model ini untuk melakukan berbagai penelitian sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Model komunikasi Lasswell kemudian dikembangkan oleh Braddock pada tahun 1958 dengan menambahkan dua komponen yaitu lingkungan dimana komunikasi itu terjadi serta untuk tujuan apa komunikator menyampaikan sesuatu.




2. Model Komunikasi Shannon dan Weaver

Model Komunikasi Shannon Weaver
Model Komunikasi Shannon Weaver
Tahun 1949, Claude Shannon dan Warren Weaver mengenalkan model komunikasi matematis yang membuat referensi dasar bagi organisasi teknologi komunikasi. Seorang pembicara atau komunikator memilih sebuah pesan yang diinginkan dari seluruh pesan-pesan yang mungkin. Pesan yang dikirmkan melalui sebuah saluran komunikasi dan diubah ke dalam sinyal-sinyal (pesan).
Penerima pesan atau komunikate menerima sinyal-sinyal. Dalam proses transmisi, beberapa distorsi dapat ditambahkan yang bukan merupakan bagian dari pesan dikirimkan oleh sumber atau komunikator. Hal ini disebut dengan noise atau gangguan.

3. Model Komunikasi Newcomb ABX

Model Komunikasi Newcombs
Model Komunikasi Newcombs
Model komunikasi Newcombs dikembangkan oleh Theodore M. Newcombs pada tahun 1953 yang merupakan pendekatan sosial baru dalam bidang komunikasi yang disebut dengan sistem ABX. Melalui model ini, Newcombs memberikan pendekatan yang berbeda dalam proses komunikasi.

Tujuan utama dari model ini adalah untuk mengenalkan peran komunikasi dalam sebuah hubungan sosial dan untuk mengelola keseimbangan sosial dalam sebuah sistem sosial.
Newcombs tidak menyertakan pesan sebagai sebuah entitas yang terpisah dalam modelnya. Ia hanya menggunakan gambar tanda panah. Ia fokus pada tujuan sosial komunikasi, memperlihatkan seluruh komunikasi sebagai sebuah hubungan yang terjadi di antara individu.
Model komunikasi Newcombs beroperasi dalam bentuk triangular atau sistem ABX, yaitu A sebagai sender atau komunikator, B sebagai penerima pesan, dan X sebagai hal yang menjadi fokus perhatian. Model komunikasi massa ABX atau model komunikasi massa Newcombs mensyaratkan bahwa A berkomunikasi dengan B tentang sebuah topik, yaitu topik C. Orientasi dan sikap A dan B ditentukan tidak hanya oleh C, tetapi juga dengan hubungan antara A dan C.
Perlu dipahami bahwa C mungkin saja dapat berupa fakta, obyek, atau orang yang merupakan subyek komunikasi antara A dan B. Hal ini berarti bahwa jika individu B atau receiver secara positif  menerima C, keterlibatannya dalam proses komunikasi akan sama dengan keterlibatan A dengan C, sebagaimana kasus sebelum proses komunikasi dimulai. Dalam gambar, tanda panah mengindikasikan sikap.
4. Model Komunikasi Westley dan MacLean

Model Komunikasi Westley dan MacLean
Model Komunikasi Westley dan MacLean
Model ini merupakan model komunikasi yang sangat berpengaruh yang dikembangkan dengan tujuan menata temuan-temuan yang hasil penelitian yang ada dan menyediakan sebuah perlakuan sistematis yang secara khusus sesuai bagi penelitian komunikasi massa.  Model ini dikenalkan oleh Bruce Westley dan Malcolm S. MacLean, Jr (1957) diadaptasi dari model komunikasi Newcomb. Model ini dapat dilihat dalam dua konteks komunikasi, yaitu komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi dan komunikasi massa.
Poin penting perbedaan antara komunikasi interpersonal dan komunikasi massa adalah terletak pada umpan balik. Dalam komunikasi interpersonal umpan balik bersifat langsung dan cepat. Sedangkan dalam komunikasi massa, umpan balik bersifat tidak langsung dan tertunda atau lambat.
Menurut Westley dan MacLean, komunikasi tidak akan terjadi ketika satu orang saja yang bicara melainkan ketika seseorang memberikan respon secara elektif terhadap sekitar mereka. Model ini menekankan pada hubungan yang kuat antara tanggapan dari lingkungan sekitar dan proses komunikasi. Komunikasi dimulai hanya ketika seorang individu menerima pesan dari lingkungan sekitar. Setiap penerima pesan merespon pesan yang mereka terima berdasarkan orientasi obyek mereka.
5. Model Komunikasi De Fleur

Model Komunikasi De Fleur
Model Komunikasi De Fleur
Model sistem komunikasi massa dikembangkan oleh Melvin L. De Fleurpada tahun 1966. Model ini merupakan pengembangan dari model komunikasi matematis Shannon dan Weaver dan didasarkan juga pada model komunikasi Westley dan MacLean yang menggambarkan proses komunikasi sirkuler dengan adanya umpan balik dari receiver. Model komunikasi Shannon dan Weaver merupakan model komunikasi satu arah dan mereka menjelaskan peran gangguan atau noise dalam proses komunikasi.
Sementara itu, model komunikasi Westley dan Maclean merupakan model komunikasi dua arah dan untuk pertama kalinya mereka mengenalkan satu komponen penting yang disebut dengan umpan balik linear dalam model komunikasi. De Fleur telah mengkombinasikan kedua model komunikasi ini dan menciptakan model komunikasi baru yang disebut dengan Model Komunikasi De Fleur.
De Fleur mengembangkan model komunikasi Shannon dan Weaver dengan memasukkan alat media massa dan menyatakan bahwa proses komunikasi adalah sirkuler karena adanya dua umpan balik yang mungkin terjadi. Dalam seluruh proses komunikasi, gangguan atau noise dapat terjadi pada setiap tahapan. De Fleur menggambarkan sumber, transmitter, receiver, dan destinationsebagai tahapan komunikasi massa yang terpisah.
Hal lainnya yang penting adalah adanyal alat umpan balik yang membantu menganalisa khalayak target. Di sini, seluruh receiver bukanlah khalayak sasaran karena khalayak sasaran akan membuat semacam umpan balik yang akan membantu menemukan khalayak saasaran dengan menggunakan alat umpan balik. Satu aspek penting lainnya adalah bahwa proses komunikasi berlangsung secara dua arah. Model komunikasi ini juga merupakan model pertama yang mengenalkan umpan balik dua arah dan khalayak sasaran dalam proses komunikasi.
6. Model Komunikasi Gerbner

Model Komunikasi Gerbner
Model Komunikasi Gerbner
Model komunikasi Gerbner adalah model komunikasi yang dikembangkan oleh George Gerbner  pada tahun 1956 yang merupakan seorang pelopor dalam bidang penelitian komunikasi. Melalui model ini, Gerbner menekankan pada sifat dinamis komunikasi dan faktor-faktor yang memberi dampak pada reliabilitas komunikasi, yaitu dimensi persepsi dan dimensi makna serta kendali.
a. Dimensi persepsi
E adalah sebuah kejadian dalam kehidupan dan isi kejadian atau isi pesan dilambangkan dengan M. Setelah dirasakan, pesan dari E oleh M dikenal sebagai E1 yang tidak sama dengan E karena beberapa orang atau mesin tidak dapat merasakan seluruh kejadian dan mereka rasakan hanya bagian dari E1 yang disebut dengan dimensi perseptual.


Terdapat 3 faktor yang terlibat antara E dan M, yaitu seleksi, konteks, dan ketersediaan.
·         M atau manusia atau mesin tidak dapat merasakan keseluruhan isi dari kejadian E. Untuk itu, M kemudian menyeleksi isi yang menarik atau dibutuhkan dari keseluruhan kejadian dan menyaringnya.
·         Konteks terjadi dalam suatu kejadian.
·         Ketersediaan didasarkan pada sikap M, budaya, mood, dan kepribadiaan.
b. Dimensi makna dan kendali
E2 adalah sebuah isi kejadian yang digambarkan atau dibentuk oleh M. Di sini, M menjadi sumber pesan tentang E untuk dikirimkan kepada orang lain. M membuat sebuah pernyataan atau sinyal tentang pesan yang disebut Gerbner dengan istilah bentuk dan isi sebagai SE2. S merujuk pada sinyal atau bentuk dan E2 merujuk pada Isi. Di sini, isi E2 dibentuk (S) oleh M dan dapat dikomunikasikan ke dalam berbagai macam cara.
M menggunakan channel atau media untuk mengirimkan pesan yang telah dikendalikan. Istilah kendali merujuk pada derajat keterampilan yang dimiliki oleh M dalam menggunakan saluran komunikasi. Jika menggunakan saluran komunikasi verbal bagaimana ia menggunakan kata-kata? Jika ia menggunakan internet sebagai alat komunikasi, seberapa baik ia menggunakan teknologi baru dan kata-kata? Proses ini dapat dikembangkan dengan menambah penerima pesan yang memiliki persepsi lebih jauh terhadap pernyataan tentang kejadian yang dirasakan.
7. Model Komunikasi Riley dan Riley

Model Komunikasi Riley dan Riley
Model Komunikasi Riley dan Riley
John W. Riley dan Mathilda White Riley mengembangkan sebuah model untuk menggambarkan implikasi sosiologis dalam komunikasi. Mereka mendiskusikan gagasan mereka tentang teori komunikasi dalam sebuah artikel berjudul Mass Communication and the Social System. Dasar ide mereka terletak pada hasil kerja Aristoteles dan Lasswell yang menekankan pada pentingnya pandangan sosiologis dalam komunikasi.
Dalam model komunikasi Riley dan Riley, terdapat 2 (dua) komponen utama yaitu komunikator dan komunikate atau receiver yang masing-masing merupakan struktur sosial yang lebih luas. Dalam struktur sosial pertama terdiri dari komunikator, kelompok primer a1 dan a2. Sementara itu, dalam struktur sosial 2 terdiri dari komunikate atau receiver, kelompok promer b1 dan b2. Baik kelompok sosial 1 maupun kelompok sosial 2 berada dalam sebuah sistem sosial.
Kelompok utama atau kelompok primer adalah kelompok yang dibedakan dengan tingkat kedekatan mislanya teman. Selain kelompok primer, terdapat pula kelompok sekunder yang dikenal sebagai kelompok referensi yang tidak membagi hubungan kedekatannya dengan komunikator ataupun komunikate atau receiver melainkan memberika pengaruh dalam proses komunikasi.
Melalui model dapat kita lihat bahwa komunikator mengirimkan sebuah pesan dengan kesepakatan  untuk pengharapan kelompok dan orang lain dalam suatu sistem sosial yang lebih luas. Komunikator adalah sebuah bagian dari suatu struktur sosial yang lebih luas dan kelompok disebut dengan kelompok primer. Dengan kata lain, komunikator dipengaruhi oleh kelompok primer.
Penerima pesan atau receiver juga beroperasi seperti komunikator yang juga dipengaruhi oleh kelompok lain dalam suatu sistem sosial yang lebih kuas. Receiver menerima umpan balik yang didasarkan pada pesan-pesan yang dikirimkan oleh komunikator dalam kelompok primernya. Kemudian mengirimkan umpan balik kepada komunikator untuk mengatasi beberapa isu atau masalah.
Model komunikasi ini secara jelas mengilustrasikan komunikasi sebagai proposisi dua arah, komunikator dan recipient saling tergantung satu sama lain dan terhubung satu sama lain dengan adanya mekanisme umpan balik, komunikator dan penerima pean adalah bagian dari konteks sosial yang lebih luas dan tidak bertindak dalam ruang isoalsi.

8. Model Komunikasi Maletzke

Model Komunikasi Maletzke
Model Komunikasi Maletzke
Model komunikasi massa atau model media massa Maletzke dikenalkan oleh Gerhard Maletzke pada tahun 1963. Model komunikasi massa Maletzke begitu kompleks dan memiliki beberapa komponen umum sebagaimana model komunikasi lainnya yaitu komunikator atau communicator, pesan atau message, media, dan penerima pesan ataureceiver.
Pesan menjangkau penerima pesan secara tidak langsung, media mengubah pengalaman dan persepsi penerima pesan. Pesan bermedia adalah sebuah pesan yang dimodifikasi. Penerima pesan menyeleksi berbagai pesan yang penting baginya. Kualitas dan metode penyeleksian pesan ditentukan oleh beberapa faktor seperti kepribadian receiver, pengalaman, perkembangan, minat, inteligensia, pandangan, kebiasaan, adat sistiadat, dan citra diri. Maletzke juga menyebut paksaan pesan, paksaan sedang, dan paksaan publik. Paksaan berkaitan dengan pola perilaku dan persepsi tertentu yang disebabkan oleh advokasi oleh pesan, media, atau opini publik.
9. Model Komunikasi Hiebert, Ungurait, Bohn (Model Komunikasi HUB)

Model Komunikasi HUB
Model Komunikasi HUB
Model komunikasi HUB dikenalkan oleh Ray Eldon Hiebert, Donald F. Ungurait, dan Thomas W. Bohn. Dalam model ini, komunikasi digambarkan sebagai seperangkat atau sekumpulan lingkaran yang membentuk seperti gelombang. Isi komunikasi digambarkan sebagai kelereng yang dilemparkan ke air dan menyebabkan terjadinya riak yang kemudian menjadi lingkaran yang lebih besar hingga mereka menyentuh pantai atau khalayak dan diberi umpan balik.
Gagasan ide ini adalah isi atau konten berjalan melalui sekumpulan tindakan atau aksi dan reaksi dari hubungan manusia. Perhatian pertama diberikan kepada  pengembangan konten.
Manfaat Mempelajari Model-model Komunikasi Massa
Mempelajari model-model komunikasi massa tentunya dapat memberikan manfaat kepada siapapun yang tertarik mempelajari serta mendalami ilmu komunikasi khususnya komunikasi massa. Manfaat yang dapat kita peroleh adalah
·         kita menjadi memahami berbagai model komunikasi yang telah kita kenal selama ini  sebagai model dasar komunikasi massa.
·         kita menjadi memahami model-model komunikasi massa menurut ahli.
Demikianlah ulasan singkat tentang model-model komunikasi massa. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang berbagai model komunikasi massa beserta penjelasan singkatnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar