TribunMP3 | Zona Artikel dan Download Musik™

Kumpulan Artikel juga Tutorial Simpel dan Mengutamakan Kualitas juga Menyediakan Musik Gratis Untuk Didengar secara cuma-cuma

Breaking

Rabu, 14 November 2018

November 14, 2018

Hambatan-Hambatan dalam Komunikasi Massa




KATA PENGANTAR


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua sebagai insan yang senantiasa ingin menyempurnakan budi pekerti dalam mencapai derajat yang tinggi di sisi-Nya, karena dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hambatan-hambatan dalam Komunikasi Massa”, untuk memenuhi kebutuhan mata kuliah Komunikasi Massa. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada pemimpin terbaik yang pernah ada, yang mencintai umatnya yaitu Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membebaskan umat manusia dari belenggu jahiliyah sehingga Islam dapat kita rasakan sampai saat ini.
Kami  mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Syarifah Aminah, M.Siselaku dosen pembimbing mata kuliah Komunikasi Massa, yang sangat membantu dan memberikan bimbingan, sehingga makalah ini tersusun.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan perlu penyempurnaan lagi. Untuk itu, kami sangat mengharapkan bantuan kritik dan saran dari semua pihak untuk penyempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
                                                                                       

                                                                          Lhokseumawe, 13 November 2018
                                                                                       
                                                                                        Tim penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN
l.l Latar Belakang
l.2 Rumusan Masalah
l.3 Tujuan Pembahasan
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Hambatan  Psikologi
      2.1.1 Perbedaan Kepentingan
       2.1.2 Prasangka
      2.1.3 Streotip
       2.1.4 Motivasi
2.2  Hambatan Sosiokultural
2.2.1 Aneka Etnik
       2.2.2 Perbedaan Norma Sosial
2.2.3 Kurang Mampu Berbahasa Indonesia
       2.2.4 Faktor Semantic
       2.2.5 Pendidikan Belum Merata
       2.2.6 Hambatan Mekanis
3.1 Hambatan Interaksi Verbal
      3.1.1 Polarisasi
      3.1.2 Orientasi Intensional
     3.1.3 Evaluasi Statis
     3.1.4 Indrikaminisasi
4.1 Mengatasi Hambatan-Hambatan Komunikasi Massa
      4.1.1 Rasa Takut
      4.1.2 Pikiran Negative
      4.1.3 Rasa Kelelahan
      4.1.4 Kebiasaan Menunda
      4.1.5 Kurang Fokus
 BAB 3 PENUTUP
   3.1 Kesimpulan
   3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam berlangsungnya setiap komunikasi, baik komunikasi antarpersona, komunikasi kelompok, komunikasi medio ataupun komunikasi massa sudah dapat dipastikan akan menghadapi berbagai hambatan. Hambatan dalam kegiatan komunikasi yang mana pun tentu akan mempengaruhi efektivitas proses komunikasi tersebut. Pada komunikasi massa, jenis hambatannya relatif lebih kompleks sejalan dengan kompleksitas komponen komunikasi massa.
Setiap komunikator selalu menginginkan komunikasi yang dilakukannya dapat mencpai tujuan. Oleh karena itu, setiap komunikator perlu memahani setiap jenis hambatan komunikasi, agar ia dapat mengantisipasi hambatan tersebut.
 Dalam makalah kami kali ini, kami akan membahas sedetail mungkin mengenai hambatan-hambatan yang terjadi dalam komunikasi massa. Seperti hambatan psikologis, hambatan sosiokultural dan hambatan interaksi verbal. Namun ada beberapa hambatan lain yaitu gangguan/hambatan sematik, hambatan mekanis.
Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi kepada orang lain dengan menggunakan sarana tertentu guna mempengaruhi atau mengubah perilaku penerima pesan.
Komunikasi massa yaitu ringkasan dari komunikasi yang dilakukan melalaui media massa atau communicating with media, atau pun komunikasi kepada khalayak menggunakan sarana media yang digunakan.
Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi komunikasi  massa adalah:
Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang memiliki sirkulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukan digedung-gedung bioskop. (2003:79)

Dalam pengertian diatas dapat dilihat bahwa komunikasi massa mempunyai kekuatan untuk  mempengaruhi publik, karena media sebagai alat yang dipakai untuk  menyampaikan informasi tersebut, di sebarluaskan kepada khalayak sehingga media mempunyai tanggung jawab serta peran penting dalam membentuk prilaku masyarakat. Sesuai dengan apa yang telah disebutkan, komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan media massa kepada khalayak banyak. Jadi, walaupun ada komunikasi yang berlangsung dan menyampaikan pesan kepada khalayak banyak, tetapi tidak menggunakan media atau sarana massa, itu bukan lah termasuk komunikasi massa
Media yang digunakan dalam komunikasi terbagi dalam beberapa bagian, yang sering kita dengar adalah media cetak dan media elektronik, lalu ada perdebatan mengenai hadirnya internet, ada yang menyebutkan internet termasuk media massa, ada pula yang menyebutkan bahwa internet bukan lah media massa tetapi jika dilihat dari karakteristiknya internet merupakan gabungan antara media cetak dan media elektronik. Media cetak berupa surat kabar, majalah, tabloid, sedangkan media elektronik adalah radio dan televisi, ada pula media film yang disebut termasuk dalam media massa pula.
Komunikasi massa yang lebih perinci dikemukakan oleh ahli komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner dalam buku Komunikasi Massa karangan Elvinaro, Lukiati Komala, dan Siti Karlina, mengatakan bahwa: Massa communication is the tehnologically and institutionally based   production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies”. (2007:3)
Artinya komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Dari definisi yang dibuat oleh Gerbner ini menggambarkan jika komunikasi massa itu menghasilkan sebuah produk berupa pesan-pesan komunikasi. Hasil atau produk komunikasi massa ini disebarkan kepada khalayak luas secara terus-menerus dalam jangka waktu tetap, misalnya harian, mingguan, dan bulanan.
1.2  Rumusan Masalah
a.       Bagaimana hambatan psikologis mempengaruhi komunikasi massa.
b.      Bagaimana hambatan sosiokultural mempengaruhi komunikasi massa.
c.       Bagaimana hambatan interaksi verbal mempengaruhi komunikasi massa.
d.      Bagaimana mengatasi hambatan-hambatan yang mempengaruhi komunikasi massa.
1.3  Tujuan Pembahasan
a.       Untuk mengetahui hambatan psikologis yang mempengaruhi komunikasi massa.
b.      Untuk mengetahui  hambatan sosiokultural yang mempengaruhi komunikasi massa.
c.       Untuk mengetahui hambatan interaksi verbal yang mempengaruhi komunikasi massa.
d.      Untuk mengetahui cara mengatasi hambatan yang terjadi pada komunikasi massa.


BAB II
PEMBAHASAN
Hambatan-Hambatan dalam Komunikasi Massa

Setiap proses komunikasi sudah dapat dipastikan akan menghadapi berbagai hambatan. Baik itu komunikasi antarpribadi, kelompok, organisasi, dan komunikasi lainnya. Sebagai insan akademika yang berkecimpung dalam keilmuan komunikasi, sudah sepatutnya kita mengetahui apa-apa saja yang kemungkinan akan menjadi hambatan dalam proses komunikasi kita. Dalam Ardianto (2014), terdapat beberapa hambatan yang telah dikelompokan. Sehingga, kita dapat mampu mengenali dan mempelajarinya lebih mudah. Seusai mengenali dan mempelajari, kita diharapkan mampu memahami berbagai hambatan dari komunikasi massa. Supaya kita dapat mengantisipasi berbagai hambatan tersebut.
Hambatan dapat diartikan sebagai halangan atau rintangan yang dialami (Badudu-Zain, 1994:489), Dalam konteks komunikasi dikenal pula gangguan (mekanik maupun semantik), Gangguan ini masih termasuk ke dalam hambatan komunikasi (Effendy, 1993:45), Efektivitas komunikasi salah satunya akan sangat tergantung kepada seberapa besar hambatan komunikasi yang terjadi. Didalam setiap kegiatan komunikasi, sudah dapat dipastikan akan menghadapai berbagai hambatan. Hambatan dalam kegiatan komunikasi yang manapun tentu akan mempengaruhi efektivitas proses komunikasi tersebut.

Hambatan dalam komunikasi massa dikelompokan menjadi tiga hal, yakni psikologis, sosiokultural, dan interaksi verbal. Berikut ini adalah pembahasan mengenai ketiga hal tersebut.

2.1 HAMBATAN PSIKOLOGIS
hambatan komunikasi massa yang termasuk dalam hambatan psikologis adalah kepentingan (interest), prasangka (prejudice), stereotip (stereotype), dan motivasi (motivasion). Disebut sebagai hambatan psikologis karena hambatan-hambatan tersebut merupakan unsur-unsur dari kegiatan psikis manusia.
2.1.1        Perbedaan kepentingan (interest)
Kepentingan atau interest akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati pesan. Orang hanya akan memperhatikan perangsang (stimulus) yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Effendy (1981:43) mengemukakan secara gamblang bahwa apabila kita tersesat dalam hutan dan beberapa hari tak menemui makanan sedikit pun, maka kita akan lebih memperhatikan perangsang-perangsang yang mungkin dapat dimakan daripada yang lain-lainnya.
Andaikata dalam situasi demikian kita dihadapkan pilihan antara makanan dan sekantong berlian, pastilah kita akan memilih makanan. Berlian baru akan diperhatikan kemudian. Lebih jauh Effendy mengemukakan, kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita.
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, komunikan pada komunikasi bersifat heterogen. Heterogenitas itu meliputi perbedaan usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan yang keseluruhannya akan menimbulkan adanya perbedaan kepentingan. Kepentingan atau interest komunikan dalam suatu kegiatan komunikasi sangat ditentukan oleh manfaat atau kegunaan pesan komunikasi itu bagi dirinya. Dengan demikian, komunikasi melakukan seleksi terhadap pesan yang diterimanya.
Dalam kehidupan sehari-hari, pemirsa televisi yang mempunyai latar belakang pendidikan ekonomi atau para pelaku bisnis cenderung akan menyukai acara berita seputar ekonomi atau acara talk show ekonomi. Mereka akan selalu menanti penayangan acara tersebut, dan secara khusus mengikutinya. Sementara pemirsa televisi lainnya yang merasatidak memperoleh mafaat dari berita ekonomi itu, akan meninggalkan pesawat televisi (tidak menontonnya), bahkan mungkin mematikannya. Hal itu menggambarkan bahwa kepentingan juga mempengaruhi sifat reaktif komunikan terhadap pesan komunikasi yang diterimannya. Begitu pula untuk pesan komunikasi dari aspek lainnya. Pesan tersebut hanya akan dilihat oleh pemirsa yang merasa berkepentingan dan memperoleh manfaat darinya, dan mereka cenderung memberikan respons yng hampir sama.
            kondisi komunikan seperti ini perlu dipahami oleh seorang komunikator dalam komunikasi massa. Masalahnya, apabila komunkator ingin agar pesannya dapat diterima dan dianggap penting oleh sebanyak-banyaknya komunikan, maka komunikator harus berusaha menyusun pesannya sedemikian rupa agar menimbulkan ketertarikan dari komunikan yang bukan sasarannya. Pada akhirnya pesan yang ditujukan untuk khalayak sasaran (komunikan) tertentu tidk dianggap sebagai pesan yang ‘mubazir’ oleh komunikan lainnya.

2.1.2        Prasangka (prejudice)
Menurut Sears, prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang atau kelompok lain, dan sikap serta perilakunya terhadap mereka (Sears, 1985:143). Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 2003:51). Persepsi itu ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. David Krech dan Richard S. Crutchfield (1977:235) menyebutnya sebagai faktor fungsional dan factor structural.
Faktor personalatau fungsional itu antara lain adalah kebutuhan (need), pengalaman masa lalu, peran dan status. Jadi yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimulus itu.
            Factor situasional adalah structural yang menentukan persepsi berasal semata-mata dari sifat stimulus secara fisik. Menurut kohler, jika kita ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah, kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk memahami seseorang, kita harus melihatnya dalam konteks, dalam lingkungan dan dalam masalah yang dihadapinya.
            Pembahasan tentang persepsi sekalipun singkat telah memberikan gambaran yang jelas, bahwa persepsi memang dapat menentukan sikap orang terhadap stimulus (benda, manusia, peristiwa) yang dihadapinya. Apabila seseorang atau sekelompok orang dalam hidupnya pernah memiliki pengalaman yang buruk dengan seseorang atau sekolompok orang lainnya, maka pada dirinya akan timbul suatu persepsi yang kurang baik. Persepsi yang kurang baik ini akhirnya menjadi suatu prasangka yang menetap.
            Pada umumnya prasangka dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat tertentu terhadap kelompok masyarakat lainnya karena perbedaan suku ras dan agama. Seperti prasangka orang kulit putih terhadap orang Negro di Amerika Serikat, Nazi terhadap orang Yahudi di Eropa. Prasangka merupakan jenis sikap yang secara social sangat merusak.
            Berkenaan dengan kegiatan komunikasi, prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan bagi tercapainya suatu tujuan. Komunikan yang mempunyai prasangka, sebelum pesan disampaikan sudah bersikap curiga dan menentang komunikator. Prasangka sering kali tidak didasarkan pada alasan-alasan yang objektif, sehingga prasangka komunikan pada komunikator tidak ditujukan pada logis dan tidaknya suatu pesan atau manfaat pesan itu bagi dirinya, melainkan menentang pribadi komunikator. Menurut Effendy (1981:44), dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar prasangka tanpa menggunakan pikiran yang rasional. Emosi seringkali membutuhkan pikiran dan pandangan kita terhadap fakta yang nyata. Karena itu sekali prasangka itu sudah menguasai, maka seseorang tak dapat berfikir secara objektif, dan segala apa yang dilihat dan didengar selalu akan dinilai secara negative.
Untuk mengatasi hambatan komunikasi yang berupa prasangka yang ada pada komunikan, maka komunikator yang akan menyampaikan pesan melalui media massa sebaiknya komunikator yang netral, dalam arti ia bukan orang yang kontroversial. Untuk menghindari prasangka komunikan, komunikator yang dipilih juga harus mempunyai reputasi yang baik, artinya ia tidak pernah terlibat dalam suatu peristiwa yang telah membuat luka hati komunikan, apakah lewat pernyataan-pernyataannya atau tindakan fisik. Dengan kata lain, komunikator itu harus acceptable, di samping harus memiliki kredibilitas yang tinggi karena kemampuan dan keahliannya.

2.1.3        Stereotip (stereotype)
Prasangka social bergandengan dengan stereotip yang merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang atau golongan lain yang bercorak negative (Gerungan, 1983:169). Stereotip mengenai orang lain itu sudah terbentuk pada orang yang berprasangka, meski sesungguhnya orang yang berprasangka itu belum bergaul dengan orang yang diprasangkanya. Jadi stereotip itu terbentuk pada dirinya berdasarkan keterangan-keterangan yang kurang lengkap dan subjektif. Stereotip yang sering kita dengar sehari-hari adalah bahwa orang Batak itu berwatak keras, orang Jawa itu lembut, dan stereotip lainnya yang ditimpakan pada etnik-etnik di Indonesia. Seandainya dalam proses komunikasi massa ada komunikan yang memiliki stereotip tertentu pada komunikatornya, maka dapat dipastikan pesan apa pun tidak akan bisa diterima oleh komunikan.

2.1.4        Motivasi (motivation)
Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif tertentu. Motif merupakan suatu pengertian yang melengkapi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu. (Gerungan, 1983:142). Selanjutnya Gerungan menjelaskan, dalam mempelajari tingkah laku manusia pada umumnya, kita harus mengetahui apa yang dilakukannya, bagaimana ia melakukan dan mengapa ia melakukan itu. Dengan kata lain, kita sebaiknya mengetahui know what, know how, dan know why. Dalam hal ini, persoalan know why adalah berkenaan dengan pemahaman motif-motif manusia dalam perbuatannya, karena motif memberi tujuan dan arah pada tingkah laku manusia. Perbuatan dan tingkah laku munusia tentu sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.
            Seperti kita ketahui, keinginan dan kebutuhannmasing-masing individu berbeda dari waktu ke waktu dari tempat ke tempat, sehingga motif juga berbeda-beda. Motif sesorang bisa bersifat tunggal, bisa juga bergabung. Misalnya, motif seseorang menonton acara “Seputar Indonesia” yang disiarka RCTI adalah untuk memperoleh informasi (motif tunggal), tapi mungkin bagi seseorang lainnya adalah untuk memperoleh informasi, sekaligus juga pengsisi waktu luang (motif bergabung).
Contoh lain, seseorang menonton acara “Today’s Dialogue” yang disiarkan oleh Metro TV mengenai topic hukum memiliki motif tunggal karena sesuai dengan profesinya, sedangkan penonton lainnya memiliki motif bergabung, yakni menambah wawasan dan pengisi waktu luang. Atau mungkin ada juga penonton lainnya yang menonton acara tersebut hanya karena tidak bisa tidur. Hal ini berlaku pula pada orang yang membaca media cetak, surat kabar atau majalah. Bagi seseorang yang khusus menydiakan waktu untuk membaca surat kabar akan memiliki motif yang berbeda dengan seorang lainnya yang membaca surat kabar atau majalah di ruang tunggu dokter.
Melihat berbagai motif yang berbeda antara orang perorang, maka intesitas tanggapan seseorang terhadap pesan komunikasi pun berbeda sesuai dengan jenis motifnya. Semakin sesuai pesan komunikasi dengan motivasi seseorang, semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Sebaliknya, komunikan akan mengabaikan suatu komunikasi yang tidak sesuai dengan motivasinya.

2.2. HAMBATAN SOSIOKULTURAL
2.2.1        Aneka Etnik
Belasan ribu pulau yang membentang dari Sabang sampai ke Merauke merupakan kekayaan alam Indonesia yang tidak ternilai harganya.  Tiap-tiap pulau dihu bi i oleh etnik yang berbeda.  Pulau-pulau besar, seperti pulau Jawa,  Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Papua terbagi menjadi beberapa bagian, dimana tiap bagian memiliki budaya yang berbeda.  Pulau-pulau kecil yang terpencil pun umumnya memiliki budaya yang khas dan unik. Akan tetapi kekayaan Indonesia yang sering menjadi kebanggaan bangsa Indonesia kadang-kadang dapat menjadi faktor penghambat dalam kegiatan komunikasi massa.  
2.2.2        Perbedaan Norma Sosial
Perbedaan budaya sekaligus juga menimbulkan perbedaan norma sosial yang berlaku ada masing-masing etnik. Norma sosial dapat didefinisikan sebagai suatu cara, kebiasaan, tata krama dan adat istiadat yang disampaikan secara turun temurun, yang dapat memberikan petunjuk bagi seseorang untuk bersikap dan bertingkah laku dalam masyarakat (disarikan dari Soekanto, 1982: 194).
Norma social mencerminkan sifat-sifat yang hidup pada suatu masyarakat dan dilaksanakan sebagai alat pengawas secara sadar dan tidak sadar oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Norma social, di satu pihak memaksakan suatu perbuatan dan dilain pihak melarangnya, sehingga secara langsung merupaka suatu alat agar anggota-anggota masyarakat mnyeuaikan perbuatan-perbuatannya dengan nrma social tersebut (Soekanto, 1986: 195). Dengan kata lain, norma social itu dikenal, diakui dihargai dan kemudian ditaati dalam kehidupan sehari-hari. Pelanggaran terhadap norma social itu tentu akan mendapatkan sanksi yang bentuknya berbeda pada setiap masyarakat serta berbeda pula tingkatannya.
Mengingat beragamnya norma social yang berlaku di Indonesia, maka tidak tertutup kemungkinan terdapat pertentangan nilai, dalam arti kebiasaan dan adat istiadat yang dianggap baik bagi suatu masyarakat, dianggap tidak baik bagi masyarakat lainnya dan sebaliknya. Kondisi demkian harus menjadi perhatian komunikator dalam proses komunikasi massa. Dalam menyusun pesan, komunikator perlu mengkaji apakah pesan tidak melanggar norma social tertentu? Begitu pula pada saat komunikasi berlangsung, komunikator perlu berhai-hati menyampaikan pesan. Komunikator yang baik adalah komunikator yang memahami budaya masyarakatnya.
2.2.3        Kurang Mampu Berbahasa Indonesia
Keragaman etnik menyebabkan keragaman bahasa yang digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Dapat dikatakan, jumlah bahasa yang ada di Indonesia adalah sebanyak etnik yang ada. Seperti kita ketahui bersama bahwa masyarakat Batak memiliki berbagai macam bahasa Batak. Masyarakat di Papua, Kalimantan juga demikian keadaannya. Jadi sekalipun bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang selalu kita ucapkan pada saat memperingati sumpah pemuda, kita tidak dapat menutup mata akan kenyataan yang ada, yakni masih adanya masyarakat Indonesia, terutama di daerah terpencil yang belum bisa berbahasa Indonesia. Hal ini dapat menyulitkan penyebarluasan kebijakan dan program-program pemerintah.
Kita ambil contoh, suatu saat pemerintah akan mengeluarkan kebijakan baru yang harus segera diketahui dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Indonesia. Cara yang paling cepat dan tepat untuk mengkomunikasikan pesan itu adalah melalui media massa (radio siaran, surat kabar dan televisi). Sesuai dengan karakteristik media massa, dalam waktu bersamaan pesan akan diterima oleh sejumlah besar komunikan. Masalah akan timbul manakala komunikan tidak bisa berbahasa Indonesia, atau kemampuan berbahasa Indonesianya minim. Ini berarti pesan tidak sampai kepada mereka. Dalam menanggulangi masalah ini, pemerintah akan menggunakan aparat setempat atau para petugas penyuluh, atau para opinion leader untuk mengkomunikasikan kebijakan dan program pemerintah dengan menggunakan bahasa daerah setempat.
2.2.4        Factor Semantic
Semantik adalah pengetahuan tentang pengertian atau makna kata yang sebenarnya. Jadi hambatan semantik adalah hambatan mengenai bahasa, baik bahasa yang digunakan oleh komunikator, maupun bahasa yang digunakan oleh komunikan. Hambatan semantik dalam suatu proses komunikasi dapat terjadi dalam beberapa bentuk.
Pertama, komunikator salah mengucapkan kata-kata atau istilah sebagai akibat berbicara terlalu cepat. Pada saat ia berbicara, pikiran dan perasaan belum terformulasikan, namun kata-kata terlanjur terucapkan. Maksudnya akan mengatakan "demokrasi "
2.2.5        Pendidikan Belum Merata
Penduduk Indonesia saat ini sudah mencapai 210 juta jiwa dan tersebar di seluruh pulau dan kepulauan Nusantara. Ditinjau dari sudut pendidikan, maka tingkat pendidikan rakyat Indonesia belum merata. Di perkotaan, relative banyak penduduk yang dapat menyelesaikan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. Tetapi di desa-desa terpencil, jangankan menyelesaikan perguruan tinggi, kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan dasar pun relatif kecil. Ini adalah kenyataan yang tidak bisa dihindari, namun amat disadari oleh pemerintah, sehingga untuk menanggulanginya pemerintah telah mencanangkan program pendidikan Sembilan tahun.
Adanya kesenjangan pendidikan antara penduduk di perkotaan dengan penduduk di desa-desa terpencil atau belum meratanya tingkat pendidikan rakyat Indonesia, telah menjadikan habatan dalam proses komunikasi massa. Heterogenitas komunikan, terutama dalam tingkat pendidikan, akan menyulitkan komunikator dalam menyusun dan menyampaikan pesan. Masalah akan timbul manakala komunikan yang berpendidikan rendah tidak dapat menerima pesan secara benar karena keterbatasan daya nalarnya atau daya tangkapnya.  Wawasan dan pengetahuan mereka tidak dapat menjangkau pesan komunikasi.
Seperti halnya dalam menghadapi komunikan yang belum mampu berbahasa Indonesia, maka dalam menghadapi komunikan yang kurang berpendidikan, pemerintah perlu menggunakan para aparat desa, serta para opinion leader dan tenaga terlatih lainnya untuk mengkomunikasikan kembali kebijakan dan program yang telah disampaikan melalui media massa dengan cara komunikasi kelompok atau antarpersona.

2.2.6        Hambatan Mekanis
Hambatan mekanis pada media televise terjadi pada saat stasiun atau pemancar penerima mendapat gangguan baik secara teknis maupun akibat cuaca buruk, sehingga gambar yang diterima pada pesawat televise tidak jelas, buram, banyak garis atau tidak ada gambar sama sekali. Begitu pula hambatan mekanis pada media radio siaran, suara bisa tidak jelas, atau tidak bersuara sama sekali, atau ada suara-suara lain yang masuk. Sedankan hambatan pada media cetak, seperti surat kabar dan majalah, dapat berupa kerusakan mesin cetak yang mengakibatkan waktu terbit terlambat sehingga terlambat pula tiba di tangan pembaca, atau cetakan tidak terbaca.
3.1  HAMBATAN INTERAKSI VERBAL
            DeVito (1984) mengemukakan tujuh jenis hambatan yang sering terjadi pada komunikasi antarpersona yang ia sebut sebagai baries to verbal interaction. Dari ketujuh jenis hambatan interaksi verbal tersebut, beberapa diantaranya dapat pula terjadi pada komunikasi massa, namu dengan sedikit perbedaan. Apabila pada komunikasi antarpersona hambatan-hambatan itu dapat terjadi pada pihak komunikator dan komunikan sekaligus secara bersama-sama atau masing-masing, maka pada komunikasi massa hambatan tersebut pada umumnya terjadi pada pihak komunikan. Jenis-jenis hambatan itu diantaranya adalah:
3.1.1        Polarisasi
Polarisasi (polarization) adalah kecenderungan untuk melihat dunia dalam bentuk lawan kata dan meguraikannya dalam bentuk ekstrem, seperti baik atau burukk, positif atau negative, sehat atau sakit, pandai atau bodoh, dan lain-lain. Kita mempunyai kecenderungan kuat untuk melihat titik-titik ekstrem dan mengelompokkan manusia, objek, dan kejadian dalam bentuk lawan kata yang ekstrem.
Di antara dua kutub atau dua sisi yang berlawanan itu, sebagian besar manusia atau keadaan berada di tengah-tengah. Di antara yang sangat miskin dan  yang sangat kaya, kenyataan lebih banyak yang sedang-sedang saja. Di antara yang sangat baik dan sangat buruk, lebih banyak yang cukup baik.
3.1.2        Orientasi intensional
Orientasi internasional (internasional orientation) mengacu pada kecenderungan kita untuk melihat manusia, objek dan kejadian sesuai dengan ciri yang melekat pada mereka. Orientasi internasional terjadi bila kita bertindak seakan-akan label adalah lebih penting daripada orangnya sendiri.
Dalam proses komunikasi massa, orientasi internasional biasanya dilakukan oleh komunikan terhadap komunikator, bukan sebaliknya. Misalnya, seorang presenter yang berbicara di layar televisi, dan kebetulan wajah presenter tidak menarik (kurang cantik/ganteng),maka biasanya komunikan akan internasional menilainya sebagai tidak menarik sebelum kita mendengar apa yang dikatakannya. Cara mengatasi orientasi internasional adalah dengan ekstensionalisasi, yaitu dengan memberikan perhatian utama kita pada manusia, benda atau kejadian-kejadian di dunia ini sesuai dengan apa yang kita lihat.

3.1.3        Evaluasi Statis
Pada suatu hari kita melihat seorang komunikator X berbicara melalui pesawat televisi. Menurut persepsi kita, cara berkomunikasi dan materi komunikasi yang dikemukakan komunikator tersebut tidak baik, sehingga kita membuat abstraksi tentang komunikator itupun tidak baik. Evaluasi kita tentang komunikator X bersifat statis tetap seperti itu dan tidak berubah. Akibatnya, mungkin selamanya kita tidak akan mau menonton atau mendengar komunikator X berbicara. Tetapi sesungguhnya kita harus menyadari bahwa komunikator X dari waktu bke waktu dapat berubah, sehingga beberapa tahun kemudian ia dapat menyampaikan pesan secara baik dan menarik.
3.1.4        Indrikaminasi
Indiskriminasi (indriscrimination) terjadi bila kita (komunikan)  memusatkan perhatian pada kelompok orang, benda atau kejadian dan tidak mampu melihat bahwa masing-masing bersifat unik atau khas dan perlu diamati secara individual. Indriskriminasi juga merupakan inti dari stereotip. Setereotip adalah gambaran mental yang menetap tentang kelompok tertentu yang kita anggap berlaku untuk setiap orang (anggota)  dalam kelompok tersebut tanpa memperhatikan adanya kekhasan orang yang bersangkutan. Terlepas dari apakah stereotip itu positif atau negatif, masalah yang ditimbulkan tetap sama. Sikap ini membuat kita mengambil jalan pintas yang sering kali tidak tepat.
Jadi, dalam Indriskriminasi, jika komunikan dihadapkan dengan seorang komunikator, reaksi pertama komunikan itu adalah memasukkan komunikator itu ke dalam kategori tertentu, mungkin menurut kebangsaan, agama atau disiplin ilmu. Misalnya, komunikator itu dari suku Batak, maka komunikan memberi gambaran suku Batak itu berkarakter keras. Atau bila komunikator itu dari disiplin ilmu hukum, komunikator memberi gambaran komunikator bersifat kaku dan terlalu detail. Pada akhirnya, apa pun macam kategori yang digunakan oleh komunikan, komunikan lupa memberikan perhatian yang cukup terhadap karakteristik khas komunikator. Indriskriminasi merupakan pengingkaran dari kekhasan orang lain.
Salah satu cara untuk menghindari indriskriminasi adalah memberikan indeks, yaitu mengidentifikasi setiap orang sebagai individual. Meskipun dua individu, mereka dapat dikelompokkan dalam label yang sama, misalnya politisi 1 bukanlah politisi 2, komunikator 1 bukanlah komunikator 2, dan sebagainya. Indeks ini membantu kita membedakan (mendiskrimainasikan) orang tanpa perlu menyisihkannya dari kelompok dimana ia menjadi anggota.
4.1 Strategis Mengatasi Hambatan-Hambatan Komunikasi
Untuk mencapai suatu tujuan, entah itu sukses dalam karir atau pekerjaan, studi,  atau apapun itu, tidak tertutup kemungkinan kita akan menghadapi berbagaihambatan atau kesulitan, yang berasal dari eksternal maupun internal (psikologis). Hambatan yang kedua inilah yang terkadang justru lebih sulit diatasi, atau bahkansulit dikenali. Kita sering konflik dengan diri sendiri. atau muncul keraguan bahkan pikiran- pikiran negati  yang membuat kita tidak berani melangkah. Karenaitu, agar langkah kita semakin mantap dalam mencapai cita-cita ataupun tujuan kita, terlebih dahulu atasi hambatan-hambatan seperti berikut ini :
      4.1.1  Rasa takut
Rasa takut bisa bermacam-macam. Takut ditolak, takut gagal, atau rasa takutyang tidak jelas, hanya sekedar takut. Jika anda percaya bahwa anda harus melakukan sesuatu secara sempurna atau tidak melakukan sama sekali, anda akan memberikan tekanan yang besar pada diri anda. Dengan kata lain, ketika andatidak merasa yakin anda mampu mendapatkan yang terbaik dalam hal yang anda lakukan, lebih baik anda tidak melakukannya. Pemikiran seperti ini yang akan membuat anda tidak bisa mencapai kesuksesan, karena anda tidak memberi kesempatan kepada diri sendiri untuk sukses.
4.1.2  Pikiran Negative
Pikiran anda sendiri yang menyakitk an bisa menghambat anda. Kita sering mengirimkan begitu banyak pesan negatif pada diri sendiri, seperti “Saya kurang pandai”,  “S aya tidak pernah bisa membuat keputusan yang baik” dan sebagainya. Nah,  mulailah amati pikiran-pikiran negatif anda dan tulis di buku catatan. Mintalah teman-teman dan kolega anda untuk membahas setiap komentar kritis  yang anda buat tentang diri anda sendiri untuk membantu anda menjadi lebih sadar terhadap hal itu. Lalu analisa pesan-pesan tersebut. apakah pesan itu benar adanya. Dengan memahami pesan-pesan tersebut, anda akan mulai mengubah cara cnda berpikir dan bertindak. Berikutnya, ketika anda gagal,  jangan mencacimaki diri anda sendiri. Lebih baik pikirkan penjelasan lain. Yang terpenting, ingatkan diri anda bahwa untuk berubah diperlukan keberanian dan kegigihan.Dan baha 'nda berani sekalipun hanya mencoba.
4.1.3 Rasa kewalahan
Atasi setiap tugas besar selangkah demi selangkah. Eangan biarkan kesulitanatau kebesaran itu mengintimidasi anda. Dengan membagi tugas besar tersebutmenjadi bagian-bagian kecil yang bisa diselesaikan,  akan mendatangkan beberapakesuksesan. Dan anda akan tergerak untuk bergerak maju.
4.1.4 Kebiasaan menunda
Menunda pekerjaan atau tugas adalah hambatan sukses terbesar dalam bidangapa saja. Dan 'nda mungkin harus membayar mahal untuk akibat yangditimbulkannya. Rasa takut mengerjakan suatu tugas menghabiskan lebih banyak waktu dan energi dibandingkan yang digunakan untuk menyelesaikan tugas itu.Cobalah atur waktu anda  dan cobalah untuk mengerjakannya secara nonstop untuk menyelesaikannya.

4.1.5 Kurang Fokus
Kita mudah tergelincir jika tujuan yang akan dicapai adalah beberapa bulanatau tahun yang akan datang. Oleh karena itu, ingatkan diri anda akan tujuan anda setiap hari. Dan lakukan setiap hari,  bila tidak memungkinkan lakukan setiap minggu.Dengan cara ini, anda akan tetap termotivasi dan membantu anda mengatasi masalahatau kesulitan yang 'nda hadapi sepanjang jalan yang  anda lalui. Saat anda mencoba untuk mempelajari sesuatu hal baru, coba duduk dan bayangkan bagaimanakehidupan anda pada tahun-tahun mendatang.









BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Media massa merupakan alat atau saluran dari komunikasi massa. Melalui media massa, segala pesan akan disampaikan pada khalayak atau masyarakat luas. Media massa memang ditujukan untuk “massa” , yaitu masyarakat luas.
            Media massa memiliki peran yang sangat penting bagi masyarakat. Media massa mampu memberikan informasi yang dibutuhkan semua orang, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Melalui media massa, peradaban manusia semakin maju dan jauh dari keterbelakangan.
            Media massa terdiri dari media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak berupa surat kabar, majalah, buku, tabloid, dan sebagainya. Sedangkan media massa elektronik dapat berup televisi, internet, dan radio. Media massa juga mempunyai beberapa fungsi, diantaranya fungsi informasi, fungsi agenda, fungsi penghubung orang, fungsi pendidikan, fungsi membujuk, dan fungsi menghibur.
            Pesan yang disampaikan media massa bersifat baru, menarik, dan penting. Efek yang ditimbulkan dari media massa pun sangat besar bagi masyarakat. Perubahan diri pada masyarakat terjadi karena media massa. Efek media massa juga berkaitan dengan pesan yang terkandung itu sendiri.
Hambatan dapat diartikan sebagai halangan atau rintangan yang dialami (Badudu-Zain, 1994:489), Dalam konteks komunikasi dikenal pula gangguan (mekanik maupun semantik), Gangguan ini masih termasuk ke dalam hambatan komunikasi (Effendy, 1993:45), Efektivitas komunikasi salah satunya akan sangat tergantung kepada seberapa besar hambatan komunikasi yang terjadi.
Di dalam setiap kegiatan komunikasi, sudah dapat dipastikan akan menghadapai berbagai hambatan. Hambatan dalam kegiatan komunikasi yang manapun tentu akan mempengaruhi efektivitas proses komunikasi tersebut. Karena pada pada komunikasi massa jenis hambatannya relatif lebih kompleks sejalan dengan kompleksitas komponen komunikasi massa. Dan perlu diketahui juga, bahwa komunikan harus bersifat heterogen.
Dan dari makalah ini dapat kita simpulakan tentang hambatan-hambatan dalam komunikasi massa. ada beberapa hambatan yaitu hambatan psikologis yang mempengaruhi kejiwaan seseorang, hambatan sosiokultural yaitu hambatan yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan budaya didaerah setempat, dan hambatan interaksi verbal yaitu hambatan yang proses interaksi secara langsung.
Dalam menghadapi hambatan-hambatan ini, para public speaking atau komunikator harus mampu mengatasinya agar pesan yang akan di sampaikan kepada komunikan dapat tersampaikan sesuai keinginan.
3.2      Saran
            Dewasa ini, kita ketahui perkembangan media massa sangat cepat. Akan tetapi alangkah baiknya bila media massa berkembang membawa pesan yang sesuai dengan kebudayaan bangsa Indonesia. Media massa sebaiknya memberikan pesan yang bermanfaat untuk masyarakat luas.
            Pesan yang disampaikan janganlah bersifat negatif. Pesan boleh bersifat negatif, asalkan maksud dari pesan tersebut mampu menyadarkan masyarakat tentang apa yang seharusnya diperbaiki.
Untuk melakukan suatu komunikasi yang verbal, hendak nya kita perlu memperhatikan bagaimana jalan komunikasi yang akan kita lalui atau hambatan hambatan yang ada.jadi seorang komunikator harus paham betul terhadap hambatan hambatan tersebut untuk menuju komunikasi yang sukses.
Dari pemaparan makalah ini dapat kita simpulkan bahwasanya dalam komunikasi massa terdapat beberapa hambatan yang mempengaruhi tersampainya pesan, yaitu hambatan psikologi, hambatan sosiokultural dan hambatan interaksi verbal. Pemberi pesan harus mampu mengatasi hambatan yang terjadi agar pesan yang disampaikan dapat tersampaikan dengan baik tanpa ada gangguan/noise.














DAFTAR PUSTAKA
Effendy, O. U. 2002. Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Ardianto, Elvinaro & Komala, Lukiati. 2005. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Edisi
kedua.Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Amanda Menda, komunikasi Diakses pada
https://www.academia.edu/8450295/KOMUNIKASI diamabil pada tanggal 14 November
2018